Senin, 28 September 2015

Kekhawatiran Ibu

Saya tak habis pikir kenapa orang-orang gemar sekali menyimpan ketakutan di masa silam.

Tadi saya cerita tentang kamu ke ibu, ibu khawatir  saya tidak bisa berjodoh dengan kamu. Kita berbeda. Ada kisah belasan tahun lalu yang membuat ibu takut aku tak dapat diterima di keluargamu kelak.

Aku bilang pada ibu, biarlah Allah yang ngatur. Kalau memang jodoh maka bagaimanapun juga kamu akan jadi milik saya. Kalau tidak berjodoh setidaknya saya berupaya, tidak diam dan membiarkan kamu menjadi milik orang lain begitu saja.

Kamis, 24 September 2015

Cukup

Allah selalu mengganti apa yang kita minta dengan yang lebih baik. Ketika permintaan kita tak dikabulkan maka ia menyiapkan yang lebih baik.

Ketika aku terus menerus memintamu kepada-Nya aku tak tahu jawabannya iya, tidak, atau belum. Kalaupun tidak, artinya ia akan memberiku yang lebih baik darimu.

Tapi aku tak mau meminta lebih, karena dirimu bagiku adalah cukup

Senin, 21 September 2015

Tentang Ketakutan Ketakutan

Selamat malam Ika.
Entah kenapa malam ini saya merasa begitu was was. Kepala saya terus memberi gambaran gambaran menakutkan. Tentang kehilangan kehilangan.

Saya takut membayangkan diri saya yang gagal berjuang.
Saya takut membayangkan penolakan penolakan.
Saya takut sekali.

Saya ingin memejam mata, namun ketakutan ketakutan itu kian jelas.

saya tak mengerti soal perasaan. Saya pernah bilang, semua sudah saya serahkan pada Tuhan. Namun malam ini saya merasa takut, takut menghadapi kenyataan kenyataan.

Saya tak lagi berdoa agar Tuhan menjadikan kamu jodoh saya, saya hanya berdoa semoga Tuhan memilihkan yang terbaik untuk kita. Tuhan Maha Tahu, dan saya mungkin hamba yang gemar sok tahu.

Minggu, 20 September 2015

Bahagia Seutuhnya

Hai ika, apa kabarmu hari ini? Pasti baik-baik saja.

Yaiyalah, tadi siang kita ketemu kan? Ah saya grogi sekali.

Sesekali saya curi pandang, ah entah kenapa aku bisa bisa mencintaimu. Sekarang, selain bola mata dan senyummu, aku juga suka suaramu.

Tidak apa apa bila postingan kali ini dianggap lebai dan alay

Saya mau kasih tahu kamu,
Ketika saya merantau nanti, mungkin akan mudah bagi saya untuk sekedar mencari pacar, menghabiskan waktu bersama, bersuka cita

Tapi saya tahu, kalaupun itu terjadi semua itu kebahagiaan semu
saya mau bahagia seutuhnya
Dengan menjadi imammu

Jumat, 18 September 2015

Impian

Saya punya impian, membuat sekolah gratis
Saat PAMB dulu ketika ditanya tentang impian, saya lantang menceritakan mimpi saya
2025, itu tahun yang saya sebut hari itu
Tapi kini saya buat revisi, 2020, itu target baru

Saya ingin kerja lebih keras.
Saya menginginkanmu dik, agar Tuhan menitipkan rizkimu pada saya
Saya ingin bermanfaat bagi orang banyak, agar Tuhan menitipkan rezeki mereka kepada saya

Biarlah saya hanya menjadi pintu bagi orang lain, semoga kebahagiaan menyertai kita yang taat pada-Nya

Kamis, 17 September 2015

Dik

Dik, saya ingin bilang kalau saya sudah tak terlalu memikirkanmu seperti kemarin-kemarin. Saya rasa saya terlalu bersemangat. Terus-terus memikirkanmu saya rasa kurang baik. saya ingin lebih produktif, mengerjakan banyak hal, menyiapkan masa depan.

Saya rasa saya juga harus mulai memikirkan kemungkinan2 buruk. Agar saya tak terlalu berharap. Agar bila nanti saya kecewa itu tak terlalu menyakitkan.

Saya masih akan terus berusaha, dan tetap memperbanyak semoga.

Rabu, 16 September 2015

Keras Kepada Diri Sendiri

"Bila kau keras pada diri sendiri maka dunia akan lembut padamu,bila kau lembut pada diri sendiri maka dunia akan keras kepadamu", saya lupa pernah mendengar kalimat itu di mana, tapi kalimat itu memenuhi kepala saya malam ini.

Saya merasa selama ini terlalu lembut pada diri sendiri, membiarkan diri saya menunda, membiarkan saya bermalas malasan. dunia memang tak begitu keras bagi saya, namun saya merasa semua itu membuat hidup saya berjalan lambat.

Ketika saya mulai berkomitmen untuk meraih hatimu kelak, saya berusaha keras pada diri sendiri. Banyak hal yang saya ubah, membuat kebiasaan-kebiasaan baru. Saya tak mau lagi kehilangan tanpa berusaja meraih, karena itu berarti salah saya sendiri.

Bila nanti dengan segala perjuangan ini saya tetap gagal, maka itu adalag keputusan-Nya. Semoga saya diberi keikhlasan.

Selasa, 15 September 2015

Saya Takut

Ini 23:50 saat saya mulai menulis.

seminggu ini, sejak saya niatkan untuk berubah, saya berhasil mengubah banyak hal.

Saya menambah amalan sunnah, memperbanyak doa. Di luar upaya, saya percaya akan doa.

Namun saya tiba-tiba merasa khawatir. Jangan jangan ibadah saya menjadi karena kamu bukan karena Allah. Saya khawatir Allah akan menguji saya dengan menolak menitipkan kamu ke saya, untuk melihat masihkah saya rajin menyapanya di pertiga malam yang hening. Saya takut.

Tapi dengarkan ini, bila pada akhirnya kamu bukan untuk saya, saya bererimakasih sejak saat ini, terimakasih bahwa kamu mengubah banyak hal. Dan saya inshaallah akan terus memperbaiki diri.

Rezeki yang Baik

Teman-teman menganggap saya saat ini sudah mapan karena berpenghasilan. Sejatinya tidak, ini baru satu langkah saja, jalan saya masih panjang, masih banyak impian.

Secara pribadi saya sudah merasa cukup, namun saya masih punya impian untuk keluarga dan orang banyak.

Saya masih menyimpan mimpi membangun sekolah gratis, masih menyimpan mimpi membangun perpustakaan di rumah, masih menyimpan mimpi untuk meng-umrahkan kedua orang tua. Dam untuk semua itu apa yang saya dapat sekarang masih jauh dari cukup.

Untuk semua itu saya terus meminta rizki yang baik, rizki yang diperoleh dengan jalan yang benar.

Oh ya bukankah dirimu adalah rezeki yang baik? Mau menggapai mimpi bersama?

Senin, 14 September 2015

5 Cm ke Hatimu

Saya tiba-tiba teringat quote dari novel 5 cm :

Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.

Maka izinkan saya memodifikasi kalimat yang indah itu :

Biarkan diri saya, 5 centimeter berjarak dari hatimu. Dan… sehabis itu yang saya perlu cuma kening yang akan bersujud lebih lama dari biasanya, tangan yang akan menengadah lebih  banyak dari biasanya, bibir yang akan berzikir lebih sering dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke bawah, jiwa yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. semoga.

Maafkan Saya

Maafkan saya yang  sering diam diam mengintip sosmed kamu karena dengan begitu saya lebih bersemangat
Maafkan saya yang senyum senyum sendiri ketika kamu merespon status saya
Maafkan saya yang kadang cari perhatian demi dua tiga komen dari kamu
Maafkan saya yang terlalu banyak berharap sementara jalan masih panjang
Maafkan saya yang sok asik dan mungkin modus
Maafkan saya yang diam diam menulis blog ini karena inilah salah satu cara melegakan perasaan.
Maafkan saya .

Minggu, 13 September 2015

Belajar tentang Kesabaran

Ini 14.36, pada hari minggu yang lengang
Saya ingin cerita sedikit tentang bapak. Bapak saya seorang yang keras, senang memaksakan kehendak dan otoriter. Saat kecil saya kadang dipukul. Bapak punya rotan yang dibelah ujungnya, kalau tak ada rotan ikat pinggang pun jadi. Oh ya, itu bukan pepatah.

Kalau sudah demikin biasanya ibu yang membela saya. Bapak selalu marah kalau kami di bela, ibu juga jadi korbannya. Kadang saya menangis, bukan karena kesakitan, tapi melihat ibu saya dan bapak yang akhirnya bertengkar. Ketika kami menolak keinginan bapak, selalu ibu yang disalahkan, dianggap mengajari kami melawan.

Tapi saya tetap mencintai bapak. Bapak tak pernah mengungkapkan rasa cintanya pada anak2nya dengan kata-kata, tapi segala upaya yang ia lakukan untuk keluarga ini cukuplah menjadi bukti nyata.

Segala amarah yang bapak curahkan dengan cara kekerasan itu bagi saya hanya secuil dari apa yang telah ia berikan pada kami.

Dan ibu, ibu adalah permata di rumah kami. Ia selalu tabah mengasihi kami. Mengasihi kami yang kadang membangkang.

Saya rasa saya punya bakat yang sama dalam urusan marah. Terkadang saya merasa saya tak mampu mengontrol emosi. Tapi saya sejak dulu bercita-cita tak ingin menjadi seperti bapak. Maka saya belajar tentang kesabaran.

Beberapa hari yang lalu, seorang anak SMA tiba-tiba menabrak motor saya dari belakang. Di siang yang panas dan lalu lintas yang padat saya hanya berusaha memberdirikan kembali motor yang tumbang. Tidak, saya tidak apa-apa. Dalam kondisi yang demikian respon yang wajar adalah marah bukan?. Saya pandangi wajahnya yang meminta maaf. Lalu saya berikan kode dengan tangan bahwa saya tidak apa-apa. Marah sekalipun tak membuat yang sudah terjadi menjadi urung terjadi bukan?.
Saya masih akan terus belajar tentang sabar. Agar saya tak perlu melihatmu menangis kelak.

Saya tak ingin seperti bapak. Tapi mungkin akan ada satu persamaan kami, bapak tak suka kerupuk basah makanan khas kapuas hulu, kampung halaman ibuku. Dan aku, aku gak suka bubur pedas. Hehehe

Sabtu, 12 September 2015

Kamu Bisa Apa?

Akhir-akhir ini ketika saya merasa tertarik pada wanita, saya selalu membayangkan wajahnya ketika menua. Bila itu bagi saya tak menarik maka saya tahu itu bukan cinta.

Ya, karena saya belajar, mencintai bukan untuk dua tiga hari saja. Mencintai itu adalah perjalanan panjang. Bagaimana kita akan bertahan bila sejak awal yang kita harapkan hanya rupa? Ketika kecantikan itu pergi maka musnahlah perasaan-perasaan itu.

Menemukan kamu membuat saya yakin, kamulah orangnya. maka sekalipun menua, saya percaya kamu akan tetap memiki senyum yang hangat dan hati yang tabah. Senyum yang menguatkan dan hati yang menenangkan. Saya percaya.

Jodoh pasti bertemu? yang bener, jodoh pasti bertamu. Bila kelak kamu izinkan, inshaallah saya akan bertamu ke rumahmu.

Tak perlu kamu tahu ini, biarlah perasaanmu juga menjadi rahasia bagi saya. Yang dapat saya lakukan hanya berusaha dan berdoa. Saya minta kamu ke yang punya. Biar Dia mau titip kamu ke Saya.

Kalau Allah mau kamu buat saya, kamu bisa apa?

Merayu Allah

Selamat pagi. Ini 04:09 saat saya mulai menulis. Mungkin kamu sudah terbangun. Bukankah jadwalmu bangun jam segini?.

Oh ya aku mau kasih tahu kamu, sekarang saya sudah gak bangun siang lagi. Biasanya saya bangun di waktu shalat shubuh yang hampir habis, itu juga dibangunkan ibu. Ya, saya tidak bisa bangun pagi sendiri. Beberapa hari ini saya berusaha tidur lebih awal agar bisa bangun lebih awal. Saya rasa tidur larut malam bahkan dinihari adalah kebiasaan yang susah ditinggalkan. Saya sering mencoba tapi selalu gagal. Tapi sekarang tidak lagi, sejak saya berniat mengubah banyak hal dalam hidup saya, saya lebih mudah melakukannya.

Saya tidak mau, nanti kalau kamu jadi istri saya kamunya sudah bangun sayanya masih tidur. Apakata dunia hah?.

Awalnya saya harus memasang 3 alarm berurutan, maklum satu saja tidak akan mempan. Tapi hari ini, saya bisa bangun sebelum alarm berbunyi. Senang sekali, ingin saya merayakannya.

Soal memperistri itu masih "kalau" ya. Soalnya saya tidak tahu apakah kamu memang Allah siapkan untuk saya atau tidak. Atau bisajadi kelak kamu menolak lamaran saya. Walau begitu saya ingin memantaskan diri, biar walau kamunya gak mau saya bisa ngerayu Allah biar mau kasih kamu ke saya.

Jumat, 11 September 2015

Kamu : Rencanaku

Saya tidak tahu apakah kamu akan menjadi jodoh saya atau bukan, semua sudah saya serahkan pada Allah.

Saya sekarang sedang belajar, belajar menjadi lebih baik. Saya tahu saya yang sekarang belum layak untuk kamu, masih sangat jauh.

Kamu adalah rencana rencana dalam benak saya.

Saya gemar menunda, mengingatmu membuat saya lebih bersemangat. Karena menunda usaha sama dengan menunda impian saya : kamu.

Namamu adalah nama yang sekarang saya pinjam dalam do'a. Kamu adalah yang selalu kusemogakan, agar hatimu terjaga.

Saya tidak tahu ini semua akan sejauh mana, yang saya tahu saya berusaha sebaik yang saya bisa, lalu semoga Allah menyempurnakannya lewat jawaban do'a.

Permulaan

Selamat pagi, selamat memulai hari.

Ini adalah ruang sederhana tempat saya bercerita. Di sini saya akan menuliskan nukilan perasaan, tentang aku, kamu, dan cinta.

Ini adalah cerita tentang cinta yang diam-diam, karena kita sepakat dikatakan atau tidak dikatakan itu tetap cinta.

Ini adalah sekitar setahun setelah rasa itu tumbuh. Saya menyebutnya ulang tahun perasaan. Perasaan yang saya sendiri awalnya tak menyadarinya, atau mungkin mengingkarinya. Entah.

Dua tiga tahun lalu senyummu masih biasa saja, bola matamu juga masih sama dengan bola mata lainnya.

Tapi tidak lagi, ketika senyum itu menggetarkan, ketika mata itu menghangatkan, saya tahu itu tak lagi sama. Ada rasa yang pelan-pelan tumbuh.

Maka sekarang kamu menjadi alasan sederhana saya untuk lebih giat, agar kelak aku dapat datang melamarmu, karena kita juga sepakat, cinta itu dinyatakan dengan "saya terima nikahnya", bukan "maukah kau menjadi pacar saya?".

Maka saya berdoa semoga hati itu tetap kau jaga hingga waktunya tiba.