Kamis, 11 Februari 2016

Urusan Perasaan

Kesadaran

Baru dua tigajam yang lalu saya merasa sebagai orang paling sedih di dunia
Tapi saat ini, saya seperti ditegur oleh Allah melalui beranda timeline :

"Melepaskan dengan tulus sesuatu yg amat kita inginkan tidak selalu berarti kita lemah.

Melainkan sebaliknya, kita sangat kuat untuk membiarkan sesuatu itu pergi. Kita sangat kuat utk meyakini bahwa besok lusa, jika memang berjodoh, pasti akan kembali."

Sepertinya saya lupa kuasa Allah yang demikian besar. Ia yang Maha Kuasa membolak balikan perasaan. Kalau memang jodoh sesulit apapun maka kita akan dibuat bersama, bila bukan, sekuat apapun saya berjuang maka yang saya temukan hanya kecewa.

Hayo tadi kutipan dari siapa? Ya! Bang Darwis.

Impian dan Pengharapan

Ini hari ketiga saya di Jakarta
Ini saya yang sudah tiga hari tak melihat cahaya matahari
Mengurung diri sepanjang hari

Dik, kamu meminta aku tak berharap padamu
Maka aku berusaha menghapus pengharapanku
Bila kesedihan ada batasnya
Buar aku menghabiskan jatah sedih itu sekarang juga

Tapi dik, sepertinya saya terlalu naif
Hati kecil saya masih selalu ingin menunggu
Membayangkan impian impian itu gugur sungguh menyakitkan

Saya dapat melakukan banyak hal, terjatuh dan bangkit, terguling dan tegak kembali, untuk impian saya yang lain

Tapi urusan perasaan ini rumit, teramat sangat rumit.
Karena impian ini menyangkut saya dan kamu
Sejauh jauhnya saya berjalan, takkan tergapai bila saya berjalan sendiri.

Ini semua berlebihan
Teramat sangat
Tapi saya masih juga memikirkan.

Impian dan Pengharapan

Ini hari ketiga saya di Jakarta
Ini saya yang sudah tiga hari tak melihat cahaya matahari
Mengurung diri sepanjang hari

Dik, kamu meminta aku tak berharap padamu
Maka aku berusaha menghapus pengharapanku
Bila kesedihan ada batasnya
Buar aku menghabiskan jatah sedih itu sekarang juga

Tapi dik, sepertinya aku terlalu naif
Hati kecilku masih selalu ingin menunggu
Membayangkan impian impian itu gugur sungguh menyakitkan

Saya dapat melakukan banyak hal, terjatuh dan bangkit, terguling dan tegak kembali, untuk impian saya yang lain

Tapi urusan perasaan ini rumit, teramat sangat rumit.
Karena impian ini menyangkut saya dan kamu
Sejauh jauhnya saya berjalan, takkan tergapai bila saya berjalan sendiri.

Ini semua berlebihan
Teramat sangat
Tapi saya masih juga memikirkan.

Rabu, 10 Februari 2016

Membaca Perasaan

Dik, dari matamu saya tahu kalau saya sebenarnya tak pernah menjadi pilihan dalam hatimu dik
Ya Allah, saya dapat membaca semua itu dik sungguh
Kamu hanya takut melukai hati saya, membuat saya menjauh, membuat kita menjadi asing.
Bagaimana mungkin selama ini saya berpikir tentang masa depan "kita", sedang kenyataannya perasaan ini hanya soal "saya".
Ketika beberapa waktu yang lalu kita membahas soal S.2, ketahuilah dik saya buru buru mengecek sana sini, menghitung biaya. Berjaga jaga siapa tahu cita citamu itu terus membara saat kita bersama.
Saya akui itu berlebihan.
Saya sibuk mencari kota mana yang sebaiknya kita tinggali kalau kamu melanjutkan studi, jogja, solo, semarang, jakarta, atau malang?

Ah Malang mengingatkan saya pada diri saya sendiri. Pada hidup yang rumit. Hidup yang saya dramatisasikan sendiri. Tetapi saya menikmatinya. Menjadi indah untuk dituliskan.

Dik, doa apa yang pernah kamu panjatkan dengan sangat tulus?

Doaku sederhana saja dik, semoga akhir dari semua ini baik bagi siapapun.

Minggu, 07 Februari 2016

Dikatakan atau Tidak Dikatakan

Barangkali memang urusan perasaan tak perlu diumbar umbar
Urusan berjuang tak perlu dipamerkan
Pejuang yang tangguh akan datang pada orang tuamu dengan tegap dan tangguh
Akan mencium tangan mereka, lalu bercerita urusan perasaan yang disimpan dalam dalam

Tapi dik, urusan perasaan terkadang tak sesederhana itu
Saya ingin menyimpan semua ini sendiri, namun semakin saya pendam semakin berat rasanya.
Saya menyibukan diri dengan banyak hal, tapi tak mampu membendungnya di kala sendirian.
Maafkan saya yang terlalu takut akan kegagalan.
Maafkan saya yang barangkali terlalu tinggi menaruh harapan.

Ketahuilah dik, bila semua ini tak berakhir baik.
Maka saya adalah orang yang harus disalahkan.
Saya tak mahir mengelola perasaan. Terlalu melankolis, terlalu banyak membayangkan kemungkinan kemungkinan buruk.

Setelah ini, semua akan baik baik saja. Saya akan kembali ke kesibukan di ibukota. Memendam segala perasaan yang berkecamuk.

Kalau saya tak punya lagi kesempatan bagimu dik, tidak mengapa. Sungguh.

Tapi kalau kesempatan itu masih terbuka untuk siapapun, saya masih akan berjuang.

Dag Dig Dug

Dik, hari ini abang gugup sekali. Sejak bangun tadi jantung berdegub lebih kencang dari biasanya. Hari ini abang akan membuka segalanya.

Dari tadi abang memilih kalimat yang hendak digunakan. Rasanya memalukan sekali. Lidah tiba tiba kelu.

Dik, barangkali ini memang tak seharusnya dikatakan
Tapi abang ingin membebaskan perasaan agar kelak tak menyesal karena hanya menyimpan semua ini sendirian.

Pernah mendengar tentang dua orang yang saling suka tapi sama sama memilih diam? Lalu keduanya tak pernah bersama karena tak pernah ada penjelasan. Yah, cerita yang sangat sering ditemukan di novel novel. Tapi membayangkan itu adalah kenyataan sungguh menyakitkan.

Maka biarlah abang mengabaikan perasaan takut dan degdegan. Biarlah abang seolah olah tak memahami adab dalam mengungkapkan perasaan. Sungguh tidak mengapa.

Maka ketika sudah dikatakan, abang siap melepas segala perasaan. Bila itu yang seharusnya dilakukan.

*eh ternyata gak jadi hari ini ya, bwahahahaha